Minggu, 08 September 2013

Elit Modern di Indonesia pada Abad ke-19

Elit Modern di Indonesia pada Abad ke-19

Politk etis adalah suatu system yang tetap untuk disalahkan terhadap berkembang nya suatu bentuk elit modern di Indonesia pada abad ke-19. Politik etis berperan membukanya kesetaraan antara bangsa pribumi dengan bangsa penjajah. Kesetaraan ini memberi peran sangat penting dalam kehidupan orang-orang pribumi, terutama pola pikir mereka yang sebelumnyasangat sederhana. Namun, dibalik semua itu tumbuh berbagai hal yang seakan menjadikan drama ataupun peristiwa yang harus di catat dalam terbentuk suatu kemerdekaan bangsa Indonesia. Peristiwa-peristiwa yang terjadi bukan hanya sebuah kesuksesan bangsa ini merenggut kemerdekaan, tetapi di dalam nya ada juga penolakan-penolakan dari bangsa pribumi yang menolak dampak system politik etis.
Kita tidak bisa semata-mata menyalahkan pihak yang menolak suatu kesetaraan itu, ataupun mendukung sepenuhnya suatu kelompok yang menyambut baik kesetaraan di dalam biadang pendidikan itu semata karna mereka telah membangkitkan rasa nasionalisme dan memberi kemerdekaan kepada bangsa ini. Mari kita mempertimbangkan segala aspek tersebut, sehingga terbentuknya suatu eti modern di Indonesia ini.
Terbentuk dan berkembangnya elit modern merupakan bagian penting dalam bagian peristiwa-peristiwa sejarah, terutama peristiwa sejarah yang berkaitan dengan pendidikan. Telah jelas dijelaskan pada paragraph sebelumnya tentang peranan politik etis dalam perkembangan elit modern di Indonesia,namun tidak semudah itu system ini di terima oleh rakyat pribumi. Suryanegara (2009:327) menyebutkan “politik etis merupakan praktik imperialism gaya baru yang diciptakan oleh Belanda. Khusus pada pendidikan, pemerintah colonial Belanda sengaja merubah system pendidikan agama Islam ala pesantren menjadi system pendidikan ala barat yang lebih modern”. Pendapat tersebut juga di perkuat oleh Nagazumi yang membuat sebahagian masyarakat tidak mempercayai tentang jalannya system politk etis tersebut dan ditambahlagi dengan dasar perbedaan yang sangat mendasar, yaitu agama yang dianut pribumi adalah Islam sedangkan pihak Belanda memiliki keyakinan Protestan.
Meskipun ada penolakan ataupun ketidak percayaan tentang politik etis tersebut, tetap saja ada sekelompok yang beranggapan inilah kesempatan kita untuk meraih pendidikan dan menanamkan rasa nasionalisme kepada seluruh pribumi. Dampak dari politik etis itu sendiri memberi suatu perubahan, dimana sebelumnya bangsa pribumi hanya memiliki suatu elit masyarakat yang tradisional, kini elit masyarakat pribumi menjadi modern. Hal ini terkait dengan bagaimana mudahnya para elit tradisional menerima suatu perubahan dari barat,Havilland (1988:252) menyebutkan bahwa “kemampuan berubah selalu merupakan sifat yang penting dalam kebudayaan manusia. Tanpa hal tersebut, kebudayaan tidak akan mampu menyesuaikan dengan keadaan yang dinamis”. Dan terbentuklah Budi Utomo dan Volksraad yang beranggotakan pribumi-pribumi yang bersekolah dan melakukan perubahan sosial lewat bidang pendidikan yang sebelumnya sangat sulit terjadi, karna masih banyak yang beranggapan bahwa suatu perubahan sosial itu hanya bisa dilakukan lewat keturunan terutama system kebangsawanan. Nugraha (2001:76) menambahkan “pengaruh pemikiran Barat telah membuat orang pribumi mencari identitas sosial. Hal ini dapat terlihat dari banyaknya golongan priyayi Jawa yang kehilangan keyakinannya terhadap mobilitas status yang diperoleh berdasarkan keturunan”. Bukan hanya di dalam negeri saja orang-orang pribumi mengenyam pendididkan, tetapi pribumi yang mengenyam pendidikan di daratan eropa juga ada dan merekalah yang lebuh tepat dikatakan sebagai awal kemunculan para elit modern.

Pada perkembangan berikutnya, para elit modern ini masuk keberbgai bidang, seperti sosial, politik, budaya dan pendidikan. Dengan tujuan mereka untuk memperoleh hak-hak layak hidup sebagai manusia yang bebas, tidak terkecuali pendidikan bagi rakyat jelata. Sampai pada tujuan akhir mereka sebagai bangsa Indonesia menginginkan suatu bentuk konsep kemerdekaan yang hakiki.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar