Sejarah Positif
1. Sejarah Sebagai Peristiwa dan
Sejarah
Dari peristiwa-peristiwa masa lampau, hanya sedikit yang dapat diketahui dengan
jelas. T idak semua sisa-sisa kehidupan di masa lampau dapat di ketahui secara
lengkap. Oleh karena itu, sejarah juga dapat di pahami dari dua aspek, yaitu
sebagai berikut :
a.
Sejarah sebagai peristiwa atau
realitas, karena peristiwa atau kejadian sejarah itu benar-benar ada dan
terjadi,kemudian peristiwa atau kejadian itu dianggap sebagai kenyataan sejarah
b.
Sejarah sebagai kisah sejarah.
Dalam pengertian ini, sejarah di pandang sebagai kisah dari peristiwa-peristiwa
masa lampau. Dalam bentuk kisah sejarah ini lah peristiwa masa lalu dihadirkan
kembali sebagai data sejarah.
2. Sejarah Sebagai Ilmu
Sebagai
ilmuu,sejarah memiliki beberapa ciri. Adapun cirri-ciri sejarah sebagai
berikut;
a.
Empiris
Ilmu sejarah termasuk
ilmu-ilmu empiris. Empiris berasal dari bahasa Yunani empeiria yang berarti
pengalaman. Sejarah bergantung pada pada pengalaman manusia. Pengalaman
tersebut direkam dalam dokumen dan peninggalan-peninggalan sejarah lainnya.
Sumber-sumber sejarah tersebut kemudian di teliti oleh para sejarawan untuk
menemukan fakta. Setelah itu fakta-fakta tersebut di interpretasikan dan
dilakukan penulisan sejarah.
b.
Memiliki Objek
Kata objek berasal dari bahasa
latin objectus artinya yang di hadapan, sasaran, tujuan. Setiap ilmu harus
memiliki tujuan dan objek material atau sasaran yang jelas membedakannya dengan
ilmu lainnya. Sebagaimana banyak ilmu lainnya, objek yang di pelajari oleh
sejarah sebagai ilmu adalah manusia dan masyarakat. Akan teatapi, sejarah lebih
menekankan sasarannya kepada manusia dalam sudut pandang waktu.
c.
Memiliki Teori
Dalam bahasa yunani,
theoria berarti renungan. Sama seperti ilmu social lainnya, sejarah mempunyai
teori yang berisi kumpulan kaidah-kaidah pokok suatu ilmu.
d.
Memiliki Metode
Dalam bahasa yunani,
methodos berarti cara. Dalam rangka penelitian,sejarah mempunyai metode
tersendiri dengan menggunakan pengamatan. Jika suatu pernyataan tidak didukung
oleh bukti-bukti yang kuat, maka pernyataan itu di tolak. Metode sejarah
mengharuskan seseorang peneliti untuk berhati-hati dalam mengambil kesimpulan.
Sebagai
disiplin ilmu, sejarah mempelajari sepanjang kehidupan manusia,sejak manusia
muncul din muka bumi sampai sekarang. Tentunya tidak semua peristiwa yang telah
terjadi di masa lampau dapat di golongkan sebagai peristiwa sejarah. Peristiwa
yang dapat di golongkan sebagai peristiwa sejarah memiliki cirri sebagai
berikut;
a.
Peristiwa tersebut unik
(peristiwa sejarah hanya sekali terjadi), dan
b.
Peristiwa tersebut besar
pengaruhnya
Misalnya ; Peristiwa
proklamasi Kemerdekaan Republik Indonesia, walaupun berlangsungg singkat,
tetapi sampai saat ini bangsa Indonesia dapat mengenyam kemerdekaanya.
Adapun sejarah sebagai ilmu,terdiri dari ;
a.
Ilmu Tentang Manusia
Sejarah akan bercerita
tentang manusia dengan segala aktivitasnya baik itu peristiwa masa lalu,
sekarang maupun masa yang akan datang.
b.
Ilmu Tentang Waktu
Jika berbicara tentang
waktu,maka sejarah bersifat diakronis (peristiwa sejarah memanjang dalam
waktu). Yang di di bicarakan dalam hal waktu,yaitu ; (1) Pekembangan, (2)
Kesinambungan, (3) Pengulangan, (4) Perubahan.
c.
Ilmu Tentang Sesuatu Yang
Mempunyai Makna Sosial
Perubahan di masyarakat
yang di anggap sebagai sejarah apabila perubahan itu membawa dampak terhadap
masyarakat itu sendiri.
d.
Ilmu Tentang Sesuatu Yang
Tertentu, Satu-satunya dan Teruji
Sejarah adalah ilmu yang
mempelajari tetntang peristiwa yang unik (satu-satunya). Sejarah juga harus
terinci, detail (sejrah juga membahas peristiwa-peristiwa dari hal-hal besar
sampai hal-hal kecil).
3. Sejarah Sebagai Ilmu
Herodotus
(425-484 SM) memandang sejarah sebagai cerita (story telling). Cerita sejarah
yang di dominasi penggunaan narasi itu lah yyang menguatkan beberapa kalangan
yang memandang sejarah sebagai seni. Sementara itu, dalam melakukan kegiatan
sejarah, para sejarawan sering memperhatikan unsure-unsur keindahan (estetika)
dengan maksud agar tulisan sejarah yang di hasilkannya itu enak di baca dan
mudah di mengerti oleh pembaca.
Terkait
dengan kedudukan sejarah sebagai seni, kuntowijoyo memberikan beberapa
argumentasi, yakni antara lain ;
a.
Sejarah Memerlukan Intuisi
Keterbatasan sumber dan
data sejarah sering menyebabkan kebuntuan
sejarawan dalam
mendeskripsikan suatu peristiwa sejarah. Untuk mengatasin keadaan seperti itu,
sering kali sejarawan menggunakan kekuatan yang
bersifat instingtif, yang yang berupa intuisi dan ilham selama masa
penelitian dan penulisan berlangsung. Dalam keadaan seperti itu, maka sejarawan
secara tidak langsung telah berperan selayaknya
seorang pengarang. Perbedaanya, jika pengarang menggunakan kekuatan
intuisi dan mencari ilham secara bebas dan tidak terikat pada sumber dan data
sejarah. Sedangkan sejarawan harus bekerja keras berdasarkan sumber dan data
sejarah untuk memperoleh intuisi dan ilham seperti yang diinginkan.
b.
Sejarah Memerlukan Imajinasi
Setiap kegiatan penulisan
dan penelitian sejarah selalu memerlukan imajinasi dari sejarawan. Imajinasi
yang di maksud lebih di perlukan untuk membayangkan beberapa kemungkinan yang
berkaitan dengan beberapa pertanyaan, seperti : peristiwa yang terjadi pada
waktu dan tempat tertentu, mengapa peristiwa tersebut biksa terjadi, bagaimana
hal nya dengan peristiwa itu sendiri, siapa saja yang berperaan sebagai pelaku
dalam peristiwa yang di maksud, dan sebagainya. Dengan demikian, imajinasi
merupakan sesuatu bagian yang tidak bias di abaikan dalam kegiatan penelitian
dan penulisan sejarah.
c.
Sejarah Memerlukan Emosi
Agar dapat menghasilkan
cerita sejarah yang sanggup memberikan proses pewarisan nilai, pengembangan
inspirasi, serta pendalaman makna edikatif sebagaimana yang di maksud,
diperlukan keterlibatan emosional dari sejarawan. Keterlibatan emosional
tersebut mulai tampak sejak proses interpretasi maupun proses penulisan suatu
peristiwa sejarah. Dengan keterlibatan emosional seperti itu, maka sejrawan
akan dapat menyatukan perasaannya dengen peristiwa sejarah yang menjadi objek
kajian. Keterlibatan inilah yang membuat sejarawan berhasil menyajikan suatu
tulisan sejarah yang hidup sehingga pembacanya seolah-olah dapat merasakan atau
mengalami peristiwa tersebut. Namun demikian, keterlibatan emosi dalam
penulisan sejarah tidak boleh menggeser kedudukan sumber dan data sejarah sebagai
dasar penulisan,sehingga sejarawan tidak terjebak dalam unsur subjektivitas.
d.
Sejarah Memerlukan Gaya Bahasa
Pada umumnya suatu tulisan
sejarah akan menjadi suatu sajian yang menarik jika mendeskripsikan secara
detail dan disajikan dengan gaya bahasa yang menarik. Informasi tentang suatu
peristiwa sejarah akan terhenti sebatas sebagai informasi yang kering dan tanpa
makna jika tidak di deskripsikan secara detail dan dikemas dengan menggunakan gaya
bahasa yang menarik. Sebaliknya, penggunaan gaya bahasa yang memadai akan
mengantarkan pembaca tidak sekedar menerima informasi sejarah yang di baca
melainkan juga memberikan kekuatan inspiratif, kekuatan imajinatif, dan
kekuatan edukatif. Hal ini karena deskripsi yang detail dan gaya bahasa yang
menarik akan membawa pembaca seolah-olah melihat secara langsung atau terlibat
secara emosional dengan peristiwa sejarah yang sedang di kaji.
Jadi, perbedaan sejarah
negatif dan positif adalah terletak pada unsur-unsur yang terdapat pada
masing-masing jenis sejarah itu.