Rabu, 24 Desember 2014

lapangan merdeka medan


Memerdekakan Lapangan Merdeka Medan

Twitter @merdekamedan #savelapanmerdeka

SUMUTPOS.CO- Mari merdekakan Lapangan Merdeka! Seribu balon harapan, seribu kain pikiran dan seribu satu macam tindakan.

Seruan itu disampaikan belasan pemuda, perwakilan dari beberapa komunitas di Medan yang menyatakan diri tergabung dalam Koalisi Masyarakat Sipil Peduli Kota Medan dalam kegiatan Festival Lapangan Merdeka.

Kegiatan yang diisi dengan orasi, pembacaan puisi serta pelepasan 1.000 balon ini tepat dilaksanakan di depan Tugu Monumen Perjuangan. Tempat dimana pernah dilaksanakannya sebuah pertemuan raya untuk menyiapkan pendeklarasian kemerdekaan Republik Indonesia dan sekaligus tempat dibacakannya teks Proklamasi 17 Agustus 1945 pada 6 Oktober 1945.

Kordinator Festival Lapangan Merdeka, Wahyu bersama rekannya Bayu, Arifin, dan Edi menyampaikan kepada Sumut Pos, kegiatan ini bertujuan untuk menyapa warga Medan serta jajaran pemerintahan Kota Medan untuk mengingatkan kembali fungsi utama Tanah Lapangan Merdeka (TLM) secara konsepsi yang telah dimaknai sebagai lokus situs sejarah, situs budaya dan simbol perjuangan di Kota Medan.

“Dalam koalisi ini ada sekitar 45 komunitas Medan bergabung, dan hari ini kami melepaskan 1.000 balon sebagai wujud dari tindakan kami untuk memerdekakan Lapangan Merdeka. Sebanyak 1.000 balon ini sebagai simbol harapan dan ajakan serta pesan kepada siapapun tentang pentingnya memerdekakan Lapangan Merdeka. Karena ini adalah simbol sejarah perjuangan kemerdekaan,” katanya.

Wahyu mengaku kecewa melihat pembangunan lahan parkir Railink yang sudah memakan sebagian bagunan atau luas lahan monumen perjuangan. “Lebar monumen itu 45 meter, tangga bawah ada 17 anak tangga dan di atasnya ada 8 anak tangga. Ini menandakan 17 Agustus 1945, kemerdekaan RI, tapi sekarang lebarnya sudah tidak 45 meter lagi, bahkan 3 dari 17 anak tangga yang ada di sisi timurnya telah rusak karena pembangunan parkir itu,” kata Wahyu sembari mengatakan pembacaan puisi dilakukan oleh Lukas Kustoro.

Monumen tersebut telah terhimpit dan terkepung oleh konstruksi beton masif yang telah berdiri tegak di tanah tersebut. “Almarhum Ketua DHC angkatan 45, Bapak Ki Heru Wiryono dikenal dengan panggilan Sekar Gunung pernah bilang, ‘Jangan hilangkan sejarah, karena tindakan itu adalah sikap penghinaan kepada para pejuang terdahulu’ artinya pembangunan ini juga sudah menjadi tindakan penghinaan tersebut,” ujar mahasiswa di salah satu Universitas Negeri di Medan ini.

Tambah Wahyu, pada 28 Desember mendatang, mereka juga akan melakukan kegiatan yang lebih besar lagi. “Kami berencana akan mengadakan upacara pengibaran bendera Merah Putih di depan monumen ini dan akan lebih banyak lagi massanya. Komunitas yang ikut bergabung diantaranya, Komunitas Taman, Komunitas Bumi, Komunitas Sejarah, Lingkungan, Komunitas Teknik Sipil, Medan Heritage, BMX, Galaxy Suffle Dance dan banyak lainnya. Kami juga mengundang para penjabat Pemko Medan, tapi memang tidak ada terlihat. Kami harap acara selanjutnya bisa hadir agar dapat melihat langsung dan memahami monumen ini sebagai peninggalan sejarah,” katanya.


Minggu, 08 September 2013

Masuknya Islam di Nusantara

Masuknya Islam di Nusantara

Masuknya Islam di Nusantara tidak dapat dipisahkan dengan adanya perdagangan global di kawasan Asia Barat, India persia dan Cina yang telah membuat jaringan dagang melalui route laut maupun darat sehingga sampai di kawasan Nusantara. Melalui jalur itulah para pedagang muslim dari beberapa negeri membawa dan memperkenalkan islam di kawasan Nusantara.

Letak Indonesia yang strategis (antara dua samudera dan dua benua, serta berada di jalur perdagangan dunia) menyebabkan bangsa  Indonesia sejak dahulu kala mempunyai peranan penting dalam perdagangan dunia, baik di kawasan Asia Tenggara sendiri maupun dalam perdagangan dengan Asia Timur, Asia Selatan dan Asia Barat.

Sebelum membicarkan pertumbuhan,perkembangan dan penyebaran agama islam keseluruh pelosok Asia Tenggara, salah satu yang perlu di bicarakan adalah sejarah kelahiran agama islam itu sendiri. dengan kata lain membicarakan tentang agama islam, harus di mulai dari awal kelahirannya. jika tidak, maka muncul persepsi yang kurang benar, karena munculnya agam islam serta perkembangannya merupakan suatu peristiwa penting yang prosesnya sangat panjang dan berkesinambungan. perkembangan itu sendiri merupakan kelanjutan dari kelahirannya.

A.    Proses Masuknya Agama Islam di Indonesia

Mengenai kapan agama islam masuk ke Indonesia, siapa pembawanya, dari mana asalnya dan bagaimana prosesnya serta daerah mana di Nusantara yang pertama mendapat pengaruh Agama Islam sampai sekarang belum ada kesamaan pendapat di antara para ahli.

Nugroho menyebutkan, bahwa sekitar abad ke-7 dan 8, diduga telah ada masyarakat muslim yang menetap, baik di Kanton maupun di daerah Sumatra. hal inu Nugroho didasarkan pada berita Cina zaman T’ang. pendapat tersebut menunjukan, bahwa sekitar abad ke-7 masyarakat Indonesia telah mendapat pengaruh agama islam. sedangkan daerah yang pertama mendapat pengaruh itu adalah Sumatra. Namun perlu dikaji lebih lanjut mengenai berita ini. dalam hal ini penulis menganalisis, bahwa orang muslim kemungkinan sudah sampai di Sumatra, hanya saja mereka bukanlah golongan jumlah yang besar, sehingga merekapun masih belum berani secara terang-terangan menyiarkan agamanya.

Pendapat Nugroho di atas juga didasarkan pada sumber yang tertulis orang Cina yang mengembara pada tahun 674. dalam catatan jalanannya menyebutkan, bahwa pada saat itu di daerah barat pulau Harapan  (diperkirakan pulau sumatra) telah dijumpai pemukiman bangsa Arab. tampaknya para penulis sejarah Indonesia juga setuju dengan pendapat ini.

Pendapat lain mengatakan, bahwa masuknya agama islam di Indonesia terjadi pada abad ke-11. sebagai sumber sejarahnya adalah batu nisan kubur yang ditemukan di Leran (Gresik). batu nisanitu bertuliskan nama Fatimah binti Maimun yang berangka tahun 475 Hijriyah atau 1082 M. hal ini kemudian dibuat pedoman tentang masuknya agama Islam di Indonesia pada umumnya khususnya di Jawa.

Setelah abad ke-11 dibuat oleh para sejarawan sebagai patokan masuknya agama islam di Indonesia, pendapat lain ialah berkisar abad ke-13 dengan argumentasi catatan perjalanan Marcopolo yang menuliskan bahwa tahun 1292 M. menjumpai adanya kerajaan islam Ferlac (peureulak atau perlak) di kawasan Aceh. pendapat ketiga ini bayak dipakai oleh para penulis barat, antara lain Schrieke, Vlekke, De Graff dan Snouck Hurgronje. pendapat abad ke-13 juga didasarkan pada akibat keruntuhan dinasti Abassiah oleh Hulagu(th 1258),  berita Marcopolo, yang menyatakan bahwa pada tahun 1292 di perlak sudah banyak masyarakat muslim. sesuai dengan saat penyebaran ajaran Tasawuf dari India, dan nisan kubur Sultan Malik as Saleh yang berangka tahun 1297.

Tentang bangsa mana yang pertama kali masuk membawa agam islam ke Indonesia, juga masih ada perbedaan pendapat di antara para ahli. di antara pendapat tersebut berkisar pada tiga tempat, yaitu dari Arab, persi dan Gujarat.

Proses masuknya agama islam di indonesia menurut para Ahli sepakat dengan cara damai yaitu melalui jalur perdagangan, perkawinan, pendidikan, kesenian, dan dakwah.

1.      Melalui Cara Perdagangan

Indonesia dilalui oleh jalur perdagangan laut yang menghubungkan antara China dan daerah lain di Asia. Letak Indonesia yang sangat strategis ini membuat lalu lintas perdagangan di Indonesia sangat padat karena dilalui oleh para pedagang dari seluruh dunia termasuk para pedagang muslim. Pada perkembangan selanjutnya, para pedagang muslim ini banyak yang tinggal dan mendirikan perkampungan islam di Nusantara. Para pedagang ini juga tak jarang mengundang para ulama dan mubaligh dari negeri asal mereka ke nusantara. Para ulama dan mubaligh yang datang atas undangan para pedagang inilah yang diduga memiliki salah satu peran penting dalam upaya penyebaran Islam di Indonesia.

Para pedagang itu datang dan berdagang di pusat-pusat perdagangan di daerah pesisir. Malaka merupakan pusat transit para pedagang. Di samping itu, bandar-bandar di sekitar Malaka seperti          Perlak  dan Samudra            Pasai    juga didatangi             para     pedagang.

Mereka tinggal di tempat-tempat tersebut dalam waktu yang lama, untuk menunggu datangnya angin musim. Pada saat menunggu inilah, terjadi pembauran antarpedagang dari berbagai bangsa serta antara pedagang dan penduduk setempat. Terjadilah kegiatan saling memperkenalkan adat-istiadat, budaya bahkan agama. Bukan hanya melakukan perdagangan, bahkan        juga terjadi asimilasi melalui perkawinan.

Di antara para pedagang tersebut, terdapat pedagang Arab, Persia, dan Gujarat yang umumnya beragama Islam. Mereka mengenalkan agama dan budaya Islam kepada para pedagang lain maupun kepada penduduk setempat. Maka, mulailah ada penduduk Indonesia yang memeluk agama Islam. Lama-kelamaan penganut agama Islam makin banyak. Bahkan kemudian berkembang perkampungan para pedagang Islam di daerah pesisir.
Penduduk setempat yang telah memeluk agama Islam kemudian menyebarkan Islam kepada sesama pedagang, juga kepada sanak familinya. Akhirnya, Islam mulai berkembang di masyarakat Indonesia. Di samping itu para pedagang dan pelayar tersebut juga ada yang menikah dengan penduduk setempat sehingga lahirlah keluarga dan anak-anak yang Islam.

Hal ini berlangsung terus selama bertahun-tahun sehingga akhirnya muncul sebuah komunitas Islam, yang setelah kuat akhirnya membentuk sebuah pemerintahaan Islam. Dari situlah lahir kesultanan-kesultanan Islam di Nusantara.

2. Melalui Perkawinan

Bagi masyarakat pribumi, para pedagang muslim dianggap sebagai kelangan yang terpandang. Hal ini menyebabkan banyak penguasa pribumi tertarik untuk menikahkan anak gadis mereka dengan para pedagang ini. Sebelum menikah, sang gadis akan menjadi muslim terlebih dahulu. Pernikahan secara muslim antara para saudagar muslim dengan penguasa lokal ini semakin memperlancar penyebaran Islam di Nusantara.

3. Melalui Pendidikan

Pengajaran dan pendidikan Islam mulai dilakukan setelah masyarakat islam terbentuk. Pendidikan dilakukan di pesantren ataupun di pondok yang dibimbing oleh guru agama, ulama, ataupun kyai. Para santri yang telah lulus akan pulang ke kampung halamannya dan akan mendakwahkan Islam di kampung masing-masing.

4. Melalui Kesenian

Wayang adalah salah satu sarana kesenian untuk menyebarkan islam kepada penduduk lokal. Sunan Kalijaga adalah salah satu tokoh terpandang yang mementaskan wayang untuk mengenalkan agama Islam. Cerita wayang yang dipentaskan biasanya dipetik dari kisah Mahabrata atau Ramayana yang kemudian disisipi dengan nilai-nilai Islam.

5. Peran Para Wali dan Ulama

Salah satu cara penyebaran agama Islam ialah dengan cara mendakwah. Di samping sebagai pedagang, para pedagang Islam juga berperan sebagai mubaligh. Ada juga para mubaligh yang datang bersama pedagang dengan misi agamanya. Penyebaran Islam melalui dakwah ini berjalan dengan cara para ulama mendatangi masyarakat objek dakwah, dengan menggunakan pendekatan sosial budaya. Pola ini memakai bentuk akulturasi, yaitu menggunakan jenis budaya setempat yang dialiri dengan ajaran Islam di dalamnya. Di samping itu, para ulama ini juga mendirikan pesantren-pesantren sebagai sarana pendidikan Islam.

Menurut beberapa sejarawan, agama Islam baru masuk ke Indonesia pada abad ke-13 Masehi yang dibawa oleh para pedagang muslim. Meskipun begitu, belum diketahui secara pasti sejak kapan Islam masuk ke Indonesia karena para ahli masih berbeda pendapat mengenai hal tersebut. Setidaknya ada tiga teori yang mencoba menjelaskan tentang proses masuknya Islam ke Indonesia yaitu teori        Mekkah,teori   Gujarat, dan    teori     Persia.

1.      Teori Gujarat, Teori yang dipelopori oleh Snouck Hurgronje ini menyatakan bahwa agama Islam baru masuk ke Nusantara pada abad ke-13 Masehi yang dibawa oleh para pedagang dari Kambay (Gujarat), India.
2.      Teori Persia, Teori ini dipelopori oleh P.A Husein Hidayat. Teori Persia ini menyatakan bahwa agama Islam dibawa oleh para pedagang dari Persia (sekarang Iran) karena adanya beberapa kesamaan antara kebudayaan masyarakat Islam Indonesia dengan Persia.
3.      Teori Mekkah, Teori ini adalah teori baru yang muncul untuk menyanggah bahwa Islam baru sampai di Indonesia pada abad ke-13 dan dibawa oleh orang Gujarat. Teori ini mengatakan bahwa Islam masuk ke Indonesia langsung dari Mekkah (arab) sebagai pusat agama Islam sejak abad ke-7. Teori ini didasari oleh sebuah berita dari Cina yang menyatakan bahwa pada abad ke-7 sudah terdapat sebuah perkampungan muslim di pantai barat Sumatera.

Sebuah batu nisan berhuruf Arab milik seorang wanita muslim bernama Fatimah Binti Maemun yang ditemukan di Sumatera Utara dan diperkirakan berasal dari abad ke-11 juga menjadi bukti bahwa agama Islam sudah masuk ke Indonesia jauh sebelum abad ke-13.

C.    Perkembangan Agama Islam di Indonesia
  • Ulama keliling menyebarkan agama Islam (dengan pendekatan Akulturasi dan Sinkretisasi/lambing- lambang budaya).
  • Pendidikan pesantren (ngasu ilmu/perigi/sumur), melalui lembaga/sisitem pendidikan Pondok Pesantren, Kyai sebagai pemimpin, dan santri sebagai murid.
Proses masuk dan berkembangnya Islam ke Indonesia pada dasarnya dilakukan dengan jalan damai melalui beberapa jalur/saluran yaitu melalui perdagangan seperti yang dilakukan oleh pedagang Arab, Persia dan Gujarat. Pedagang tersebut berinteraksi/bergaul dengan masyarakat Indonesia. Pada kesempatan tersebut dipergunakan untuk menyebarkan ajaran Islam. Selanjutnya diantara pedagang tersebut ada yang terus menetap, atau mendirikan perkampungan seperti pedagang Gujarat mendirikan perkampungan Pekojan.
Dengan adanya perkampungan pedagang, maka interaksi semakin sering bahkan ada yang sampai menikah dengan wanita Indonesia, sehingga proses penyebaran Islam semakin cepat berkembang. Perkembangan Islam yang cepat menyebabkan muncul tokoh ulama atau mubaliqh yang menyebarkan Islam melalui pendidikan dengan mendirikan pondok-pondok pesantren. Pondok pesantren adalah tempat para pemuda dari berbagai daerah dan kalangan masyarakat menimba ilmu agama Islam. Setelah tammat dari pondok tersebut, maka para pemuda menjadi juru dakwah untuk menyebarkan Islam di daerahnya masing-masing.
Ditemukan dalam sejarah, bahwa komunitas pesantrean lebih intens keberagamannya, dan memiliki hubungan komunikasi “ukhuwah” (persaudaraan/ikatan darah dan agama) yang kuat. Proses terjadinya hubungan “ukhuwah” itu menunjukkan bahwa dunia pesantren memiliki komunikasi dan kemudian menjadi tulang punggung dalam dalam melawan kolonial.
Di samping penyebaran Islam melalui saluran yang telah dijelaskan di atas, Islam juga disebarkan melalui kesenian, misalnya melalui pertunjukkan seni gamelan ataupun wayang kulit. Dengan demikian Islam semakin cepat berkembang dan mudah diterima oleh rakyat Indonesia.
Proses penyebaran Islam di Indonesia atau proses Islamisasi tidak terlepas dari peranan para pedagang, mubaliqh/ulama, raja, bangsawan atau para adipati. Di pulau Jawa, peranan mubaliqh dan ulama tergabung dalam kelompok para wali yang dikenal dengan sebutan Walisongo atau wali sembilan yang terdiri dari:
  1. Maulana Malik Ibrahim dikenal dengan nama Syeikh Maghribi menyebarkan Islam di Jawa Timur.
  2. Sunan Ampel dengan nama asli Raden Rahmat menyebarkan Islam di daerah Ampel Surabaya.
  3. Sunan Bonang adalah putra Sunan Ampel memiliki nama asli Maulana Makdum Ibrahim, menyebarkan Islam di Bonang (Tuban).
  4. Sunan Drajat juga putra dari Sunan Ampel nama aslinya adalah Syarifuddin, menyebarkan Islam di daerah Gresik/Sedayu.
  5. Sunan Giri nama aslinya Raden Paku menyebarkan Islam di daerah Bukit Giri (Gresik)
  6. Sunan Kudus nama aslinya Syeikh Ja’far Shodik menyebarkan ajaran Islam di daerah Kudus.
  7. Sunan Kalijaga nama aslinya Raden Mas Syahid atau R. Setya menyebarkan ajaran Islam di daerah Demak.
  8. Sunan Muria adalah putra Sunan Kalijaga nama aslinya Raden Umar Syaid menyebarkan islamnya di daerah Gunung Muria.
  9. Sunan Gunung Jati nama aslinya Syarif Hidayatullah, menyebarkan Islam di Jawa Barat (Cirebon)
Demikian sembilan wali yang sangat terkenal di pulau Jawa, Masyarakat Jawa sebagian memandang para wali memiliki kesempurnaan hidup dan selalu dekat dengan Allah, sehingga dikenal dengan sebutan Waliullah yang artinya orang yang dikasihi Allah.
D.    Perkembangan Agama Islam di Indonesia

a.       Zaman Al-Khulafa Ar-Rasyidun (632-661)
Al-Khulafa Ar-Rasyidun artinya “para penerus teladan”. pada zaman ini di perintah oleh beberapa khalifah dan islam mengalami zaman keemasan. jabatan khalifah dipilih oleh para pemuka Islam
1)      Khalifah Abu Bakar (632-634)
            Hal-hal yang penting yang pernah dilakukan oleh khalifah ini sebagai berikut.
Mengembalikan suku-suku Arab yang murtad kepaada ajaran agama Islam yang benar
a. Membasmi Nabi-Nabi palsu yang dianggap menyesatkan rakyat
b. Dimulainya pengumpulan surat-surat Al-Qur’an
c. Permulaan ekspansi Islam sampai ke DaerahMosopotamia.

2)      Khalifah Umar Bin Khattab(634-644)
            Hal-hal penting yang dilakukan khalifah Umar sebagai berikut.
a. Mulai menjadikan tahun hijriah (622) sebai perhitungan tahun Islam. peristiwa ini terjadi pada tahun 6 H.
b. Berhasil mrmperluas Daerah Islam sampai denganpembatasan India dan Tripolis (Afrika Utara). Ekspansinya ke Persia dan Asia kecil dipimpin oleh khalid Ibn Walid, sedang ke Afrika Utara dipimpin oleh Amir Ibn Al as. Bagi orangyang tidak mau masuk Islam harus membayar pajak.
c. Terbentuknya kebudayaab islam yang merupakan perpaduan antara agama dan bahasa orang arab dengan kebudayaan Persia, Yunani, dan Mesir.

3)      Khalifah Utsman bin Affan (644-656)
Peristiwa-peristiwa penting yang dibuatnya pada masa menjadi khalifah sebagai berikut.
a. Berhasil membukukan secara resmi kitab Al-Qur’an, yang pengajaranya dilakukan sampai sekarang.
b. Utsman ialah khalifah yang mementingkan kepentingan keluarga dari pada umat, sehingga muncul oposisi terhadap kekuasannya. akhirnya ia terbunuh oleh orang islam sendiri

4) Khalifah Ali Bin Abi Thalib (656-661)
            pada masa pemerintahan Ali umat islam telah mengalami perpecahan. keluarga Ummayyah tidak setujuh jika Ali dianggat menjadih khalifah. mereka mencalonkan Mu’awiyah, seorang gubernur di Syria. akibatnya terjadilah perang saudara pada tahun 657 di Siffin. untuk menghindari peperangan itu dibentuklah suatu badan pengadilan yang akan memutuskan siapa sebenarnya yang berhak menjadi khalifah.
Dalam putusan badan tersebut Mu’awiyah disetujui, dengan demikian Ali tersingkir karena putusan yang tak memuaskan salah satu pihak itu, maka persengketaan teru terjadi dan Ali sendiri mati terbunuh. dengan demikian kelurga Ummayyah mulai tampil untuk memimmpin negara Islam tersebut.

b.      Kekhalifahan Keluarga Umayyah (661-750)

Oleh keluarga umayyah, pusat pemerintah islam dipindahkan ke Syriah (Damaskus) jadi, sudah tidak beradah di Arab lagi. pada masa itu ciri kehidupan demokrasi orang islam mulai lenyap, karena jabatan khalifah tidak lagi dipilih oleh umat, melainkan turun-temurun. khalifah memerintah secarah mutlak.

Meskpun demikian negara Islam ini memiliki wilayah yang paling luas didunia. tahun 712 antara islam dibawah pimpinan Tarik berhasil menyusup sampai benua Eropa dan mengusai Spanyol. sedangkan pada tahun yang sama daerah Sindu ditaklukan oleh islam dibawah Muhammad Kasim. setelah beberapa kali menyerang konstantinopel mengalami kegagalan, namun tahun 1453, kota itu jatuh ketangan bangsa islam.

Pemerintahan keluarga Umayyah terus berkembang, namun perbutan kekuasaan juga tidak pernah berhenti. tahun 750 keluarga Abbasyiyah, paman muhammad mengadakan Cuop d’etat (kudeta). dalm kudeta itu seluruh keluarga Umayyah dimusnakan. hanya seorang bernama Abdur Rachman saja yang berhasil meloloskan diri. ia melarikan diri ke Afrika. setelah itu ia pergi ke spanyol dan memperbaruhi keamiran (kepemimpinan) Cordoba.

c.       Khalifa keluarga Abbasiyah (750-1258)

            Hal-hal yang dilakukan oleh khalifah ini sebagai berikut :

1. Pusat kekuasaan dipindah dari Damaskus ke Bagdad. namun tahun 1258 Bagdad diserag oleh bangsa Mongol, maka pusat pemerintahan dipindah ke Mesir pada tahun 1258-1517. ketika Mesir dikuasai Turki, pusat pemerintahan dipinda lagi ke Konstantinopel (Turki) pada tahun 1517.
2.Pada zaman ini pengaruh Arab mulai berkurang, sedangkan yang berkembang ialah pengaruh Persia, dalam bidang agama munculnya aliran mistik (tasawuf), ke dalam islam.
3.Kekhalifahan Abbasiyah mencapai zaman keemasan pada masa Harun Al-Rasyid(786-809).

Zaman keemasan itu ditandai hal-hal sebagai berikut:

1) Majunya perdagangan, karena bagdad muncul sebagai pelabuhan penting
2) Buku-buku filsafat dari Yunani dan Romawi diterjemahkan ke dalam bahasa dan huruf Arab.
3) Terjadihnya hubungan antara Harun Al-Rasyid yang islam dengan raja Karel Agung (Prancis) yang Katolik.
            Masa yang gemilang itu kemudian mengalami kemunduran yang dasyat. Adapun faktor penyebabnya ialah:

a) Adanya pertentangan diantara keluarga khalifah dalam istana.
b) Lemahnya pemerintahan pusat yang menyebabkan lepasnya daerah-daerah taklukan. oleh karena itu, pada abad ke-10 dunia islam terbagimenjadi 3 kekhalifahan.
1. Khalifah Abbasiyah
2. Khalifah Fatimiyah dengan pusatnya di Kairo.
3. Khalifa Cordoba, keturunan dinasti Umayyah.

d.      Khalifah Cordoba

Khalifa cordoba dimulai dengan datangnya Abdur Rachman, dari dinasti Umayyah yang berhasil melarikan diri ketika terjadi kudeta.

 Ia menyebut dirinya Amir dan tidak mau mengakui kekhalifahan di Bagdad. pada masa Abdur Rachman III, tahun 929, khalfah ini baru berani menyatakan dengan khalifah Bagdad.

Kekhalifahan Cordoba sangat berjasa dalam perkembangan ilmu pengetahuan. banyak bangunan dari berbagai jenis dan fungsinya di bangun secara besar-besaran. Cardoba merupakan pusat kebudayaan yang penting pada masa itu, disamping Bagdad dan konstantinopel.

Kemajuan-kemajuan yang didapat khalifah Cordoba mendorong orang-orang Eropa berdatangan ke Spanyol untuk belajar. dari sinilah orang Eropa menemukan kembali kebudayaan Yunani dan Romawi kuno. sehingga muncullah suatu gerakan baru yang disebut Renaisance.


Meskipun islam sangat berjasa terhadap ditemukannya kembali budaya Yunani dan Romawi kuno, tetapi kedudukannya di daratan Eropa senantiasa diincar orang Nasrani. akhirnya tahun 1492 pasukan islam jatuh ketangan orang nasrani.

Keterkaitan antara Sungai Deli dengan Kerajaan Deli

Keterkaitan antara Sungai Deli dengan Kerajaan Deli
Istana Maimun, terkadang disebut juga Istana Putri Hijau, merupakan istana kebesaran Kerajaan Deli. Istana ini didominasi warna kuning, warna kebesaran kerajaan Melayu. Pembangunan istana selesai pada 25 Agustus 1888 M, di masa kekuasaan Sultan Makmun al-Rasyid Perkasa Alamsyah. Sultan Makmun adalah putra sulung Sultan Mahmud Perkasa Alam, pendiri kota Medan.
Sejak tahun 1946, Istana ini dihuni oleh para ahli waris Kesultanan Deli. Dalam waktu-waktu tertentu, di istana ini sering diadakan pertunjukan musik tradisional Melayu. Biasanya, pertunjukan-pertunjukan tersebut dihelat dalam rangka memeriahkan pesta perkawinan dan kegiatan sukacita lainnya. Selain itu, dua kali dalam setahun, Sultan Deli biasanya mengadakan acara silaturahmi antar keluarga besar istana. Pada setiap malam Jumat, para keluarga sultan mengadakan acara rawatib adat (semacam wiridan keluarga)
A.    Letak Istana maimun
Istana ini terletak di jalan Brigadir Jenderal Katamso, kelurahan Sukaraja, kecamatan Medan Maimun, Medan, Sumatera Utara. Secara karakteristik, istana ini memiliki Luas lebih kurang 2.772 m, dengan halaman yang luasnya mencapai 4 hektar. Panjang dari depan kebelakang mencapai 75,50 m. dan tinggi bangunan mencapai 14,14 m. Terletak di pusat kota medan sesuai dengan fungsinya ketika masa kejayaannya sebagai pusat pemerintahan kesultanan deli dan bagian belakangnya terhubung dengan jalur lalulintas air,yaitu sungai deli.
Istana ini sengaja dibangun berdekatan dengan sunngai deli yang merupakan akses perdagangan yang pada masa itu masih berfokus pada transportasi air. Sungai yang terletak di belakang sungai deli bermuara ke selat malaka yang merupakan sentra perdagangan yang ramai pada masa itu. Meskipun saat ini transportasi air sudah tidak ramai bahkan sudah tidak ada lagi di sekitar sungai deli yang ada di bagian belakang Istana Maimun, namun letaknya masih tetap strategis sampai saat ini. Hal tersebut sesuai dengan teori posibilisme yang mengatakan “alam sekedar menawarkan berbagai kemungkinan untuk dimanfaatkan oleh manusia memalu senjata tekhnologinya” yang dalam hal ini tekhnologi pelayaran sangat membantu manusia dalam bidang transportasi dan irigasi.
B.     Arsitektur
Arsitektur bangunan merupakan perpaduan antara ciri arsitektur Moghul, Timur Tengah, Spanyol, India, Belanda dan Melayu. Pengaruh arsitektur Belanda tampak pada bentuk pintu dan jendela yang lebar dan tinggi. Tapi, terdapat beberapa pintu yang menunjukkan pengaruh Spanyol.
Pengaruh Islam tampak pada keberadaaan lengkungan (arcade) pada atap. Tinggi lengkungan tersebut berkisar antara 5 sampai 8 meter. Bentuk lengkungan ini amat populer di kawasan Timur Tengah, India dan Turki.
Bangunan istana terdiri dari tiga ruang utama, yaitu: bangunan induk, sayap kanan dan sayap kiri. Bangunan induk disebut juga Balairung dengan luas 412 m2, dimana singgasana kerajaan berada. Singgasana kerajaan digunakan dalam acara-acara tertentu, seperti penobatan raja, ataupun ketika menerima sembah sujud keluarga istana pada hari-hari besar Islam. Di bangunan ini juga terdapat sebuah lampu kristal besar bergaya Eropa.
Di dalam istana terdapat 30 ruangan, dengan desain interior yang unik, perpaduan seni dari berbagai negeri. Dari luar, istana yang menghadap ke timur ini tampak seperti istana raja-raja Moghul.
C.     Renovasi
Meskipun bentuk asli nya masih dapat kita lihat sampai sekarang, namun istana ini terkesan kurang terawat, hal ini disebabkan minimnya biaya yang dimiliki oleh keluarga sultan. Selama ini, biaya perawatan amat tergantung pada sumbangan pengunjung yang datang. Agar tampak lebih indah, sudah seharusnya dilakukan renovasi, tentu saja dengan bantuan segala pihak yang peduli dengan nasib cagar budaya bangsa.
D.    Peradaban Sungai Deli
Sungai Deli merupakan jalur transportasi dan perdagangan yang penting. Sungai ini disebut dalam beberapa literatur pantun memiliki keindahan. Airnya yang segar pernah dilintasi kapal-kapal layar berukuran sedang. Sungai ini yang menghubungkan tiga kabupaten, yakni Karo, Medan, dan Deli serdang kini tidak bisa lagi dilayari kapal karena pendangkalan dan banyaknya sampah. Airnya pun sudah tercemar dari hulu hingga hilir.
Pada zaman dahulu Kota Medan ini dikenal dengan nama Tanah Deli dan keadaan tanahnya berawa-rawa kurang lebih seluas 4000 Ha. Beberapa sungai melintasi Kota Medan ini dan semuanya bermuara ke Selat Malaka. Sungai-sungai itu adalah Sei Deli, Sei Babura, Sei Sikambing, Sei Denai, Sei Putih, Sei Badra, Sei Belawan dan Sei Sulang Salingatau Sei Kera.

Secara keseluruhan jenis tanah di wilayah Deli terdiri dari tanah liat, tanah pasir, tanah campuran, tanah hitam, tanah coklat dan tanah merah. Hal ini merupakan penelitian dari Van Hissink tahun 1900 yang dilanjutkan oleh penelitian Vriens tahun 1910 bahwa disamping jenis tanah seperti tadi ada lagi ditemui jenis tanah liat yang spesifik. Tanah liat inilah pada waktu penjajahan Belanda ditempat yang bernama Bakaran Batu (sekarang Medan Tenggara atau Menteng) orang membakar batu bata yang berkwalitas tinggi dan salah satu pabrik batu bata pada zaman itu adalah Deli Klei. Namun tidak begitu baik untuk pertanian, disini lah sungai deli dan sungai sungai lainnya di kota medan berperan dalam irigasi dalam perkebunan tembakau di kota medan dan menjadi komoditi yang di banggakan.