Kamis, 01 November 2012

SEJARAH POSITIF

Sejarah Positif

1. Sejarah Sebagai Peristiwa dan Sejarah
          Dari peristiwa-peristiwa masa lampau, hanya sedikit yang dapat diketahui dengan jelas. T idak semua sisa-sisa kehidupan di masa lampau dapat di ketahui secara lengkap. Oleh karena itu, sejarah juga dapat di pahami dari dua aspek, yaitu sebagai berikut :
a.     Sejarah sebagai peristiwa atau realitas, karena peristiwa atau kejadian sejarah itu benar-benar ada dan terjadi,kemudian peristiwa atau kejadian itu dianggap sebagai kenyataan sejarah
b.     Sejarah sebagai kisah sejarah. Dalam pengertian ini, sejarah di pandang sebagai kisah dari peristiwa-peristiwa masa lampau. Dalam bentuk kisah sejarah ini lah peristiwa masa lalu dihadirkan kembali sebagai data sejarah.
2. Sejarah Sebagai Ilmu
          Sebagai ilmuu,sejarah memiliki beberapa ciri. Adapun cirri-ciri sejarah sebagai berikut;
a.     Empiris
Ilmu sejarah termasuk ilmu-ilmu empiris. Empiris berasal dari bahasa Yunani empeiria yang berarti pengalaman. Sejarah bergantung pada pada pengalaman manusia. Pengalaman tersebut direkam dalam dokumen dan peninggalan-peninggalan sejarah lainnya. Sumber-sumber sejarah tersebut kemudian di teliti oleh para sejarawan untuk menemukan fakta. Setelah itu fakta-fakta tersebut di interpretasikan dan dilakukan penulisan sejarah.

b.     Memiliki Objek
Kata objek berasal dari bahasa latin objectus artinya yang di hadapan, sasaran, tujuan. Setiap ilmu harus memiliki tujuan dan objek material atau sasaran yang jelas membedakannya dengan ilmu lainnya. Sebagaimana banyak ilmu lainnya, objek yang di pelajari oleh sejarah sebagai ilmu adalah manusia dan masyarakat. Akan teatapi, sejarah lebih menekankan sasarannya kepada manusia dalam sudut pandang waktu.

c.      Memiliki Teori
Dalam bahasa yunani, theoria berarti renungan. Sama seperti ilmu social lainnya, sejarah mempunyai teori yang berisi kumpulan kaidah-kaidah pokok suatu ilmu.


d.     Memiliki Metode
Dalam bahasa yunani, methodos berarti cara. Dalam rangka penelitian,sejarah mempunyai metode tersendiri dengan menggunakan pengamatan. Jika suatu pernyataan tidak didukung oleh bukti-bukti yang kuat, maka pernyataan itu di tolak. Metode sejarah mengharuskan seseorang peneliti untuk berhati-hati dalam mengambil kesimpulan.
          Sebagai disiplin ilmu, sejarah mempelajari sepanjang kehidupan manusia,sejak manusia muncul din muka bumi sampai sekarang. Tentunya tidak semua peristiwa yang telah terjadi di masa lampau dapat di golongkan sebagai peristiwa sejarah. Peristiwa yang dapat di golongkan sebagai peristiwa sejarah memiliki cirri sebagai berikut;
a.     Peristiwa tersebut unik (peristiwa sejarah hanya sekali terjadi), dan
b.    Peristiwa tersebut besar pengaruhnya
Misalnya ; Peristiwa proklamasi Kemerdekaan Republik Indonesia, walaupun berlangsungg singkat, tetapi sampai saat ini bangsa Indonesia dapat mengenyam kemerdekaanya.

Adapun sejarah sebagai ilmu,terdiri dari ;
a.     Ilmu Tentang Manusia
Sejarah akan bercerita tentang manusia dengan segala aktivitasnya baik itu peristiwa masa lalu, sekarang maupun masa yang akan datang.
b.     Ilmu Tentang Waktu
Jika berbicara tentang waktu,maka sejarah bersifat diakronis (peristiwa sejarah memanjang dalam waktu). Yang di di bicarakan dalam hal waktu,yaitu ; (1) Pekembangan, (2) Kesinambungan, (3) Pengulangan, (4) Perubahan.
c.      Ilmu Tentang Sesuatu Yang Mempunyai Makna Sosial
Perubahan di masyarakat yang di anggap sebagai sejarah apabila perubahan itu membawa dampak terhadap masyarakat itu sendiri.
d.     Ilmu Tentang Sesuatu Yang Tertentu, Satu-satunya dan Teruji
Sejarah adalah ilmu yang mempelajari tetntang peristiwa yang unik (satu-satunya). Sejarah juga harus terinci, detail (sejrah juga membahas peristiwa-peristiwa dari hal-hal besar sampai hal-hal kecil).



3. Sejarah Sebagai Ilmu
          Herodotus (425-484 SM) memandang sejarah sebagai cerita (story telling). Cerita sejarah yang di dominasi penggunaan narasi itu lah yyang menguatkan beberapa kalangan yang memandang sejarah sebagai seni. Sementara itu, dalam melakukan kegiatan sejarah, para sejarawan sering memperhatikan unsure-unsur keindahan (estetika) dengan maksud agar tulisan sejarah yang di hasilkannya itu enak di baca dan mudah di mengerti oleh pembaca.
          Terkait dengan kedudukan sejarah sebagai seni, kuntowijoyo memberikan beberapa argumentasi, yakni antara lain ;
a.     Sejarah Memerlukan Intuisi
Keterbatasan sumber dan data sejarah sering menyebabkan kebuntuan
sejarawan dalam mendeskripsikan suatu peristiwa sejarah. Untuk mengatasin keadaan seperti itu, sering kali sejarawan menggunakan kekuatan yang  bersifat instingtif, yang yang berupa intuisi dan ilham selama masa penelitian dan penulisan berlangsung. Dalam keadaan seperti itu, maka sejarawan secara tidak langsung telah berperan selayaknya  seorang pengarang. Perbedaanya, jika pengarang menggunakan kekuatan intuisi dan mencari ilham secara bebas dan tidak terikat pada sumber dan data sejarah. Sedangkan sejarawan harus bekerja keras berdasarkan sumber dan data sejarah untuk memperoleh intuisi dan ilham seperti yang diinginkan.

b.     Sejarah Memerlukan Imajinasi
Setiap kegiatan penulisan dan penelitian sejarah selalu memerlukan imajinasi dari sejarawan. Imajinasi yang di maksud lebih di perlukan untuk membayangkan beberapa kemungkinan yang berkaitan dengan beberapa pertanyaan, seperti : peristiwa yang terjadi pada waktu dan tempat tertentu, mengapa peristiwa tersebut biksa terjadi, bagaimana hal nya dengan peristiwa itu sendiri, siapa saja yang berperaan sebagai pelaku dalam peristiwa yang di maksud, dan sebagainya. Dengan demikian, imajinasi merupakan sesuatu bagian yang tidak bias di abaikan dalam kegiatan penelitian dan penulisan sejarah.


c.      Sejarah Memerlukan Emosi
Agar dapat menghasilkan cerita sejarah yang sanggup memberikan proses pewarisan nilai, pengembangan inspirasi, serta pendalaman makna edikatif sebagaimana yang di maksud, diperlukan keterlibatan emosional dari sejarawan. Keterlibatan emosional tersebut mulai tampak sejak proses interpretasi maupun proses penulisan suatu peristiwa sejarah. Dengan keterlibatan emosional seperti itu, maka sejrawan akan dapat menyatukan perasaannya dengen peristiwa sejarah yang menjadi objek kajian. Keterlibatan inilah yang membuat sejarawan berhasil menyajikan suatu tulisan sejarah yang hidup sehingga pembacanya seolah-olah dapat merasakan atau mengalami peristiwa tersebut. Namun demikian, keterlibatan emosi dalam penulisan sejarah tidak boleh menggeser kedudukan sumber dan data sejarah sebagai dasar penulisan,sehingga sejarawan tidak terjebak dalam unsur subjektivitas.

d.     Sejarah Memerlukan Gaya Bahasa
Pada umumnya suatu tulisan sejarah akan menjadi suatu sajian yang menarik jika mendeskripsikan secara detail dan disajikan dengan gaya bahasa yang menarik. Informasi tentang suatu peristiwa sejarah akan terhenti sebatas sebagai informasi yang kering dan tanpa makna jika tidak di deskripsikan secara detail dan dikemas dengan menggunakan gaya bahasa yang menarik. Sebaliknya, penggunaan gaya bahasa yang memadai akan mengantarkan pembaca tidak sekedar menerima informasi sejarah yang di baca melainkan juga memberikan kekuatan inspiratif, kekuatan imajinatif, dan kekuatan edukatif. Hal ini karena deskripsi yang detail dan gaya bahasa yang menarik akan membawa pembaca seolah-olah melihat secara langsung atau terlibat secara emosional dengan peristiwa sejarah yang sedang di kaji.

Jadi, perbedaan sejarah negatif dan positif adalah terletak pada unsur-unsur yang terdapat pada masing-masing jenis sejarah itu.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar